GANJA, OBAT ATAU BUKAN?
Langkah Kementerian Pertanian (Kementan) memasukkan tanaman ganja (Cannabis sativa) sebagai komoditas binaan tanaman obat memicu pro kontra. Lantas apa dampak mengkonsumsi ganja bagi tubuh?
OTAK
Mengkonsumsi ganja dalam jumlah banyak akan mengganggu kemampuan berpikir. Ini karena terhapusnya memori hingga menghambat fungsi otak. Pengguna ganja akan mengalami perubahan struktur tertentu pada otak jika mengkonsumsi dalam jangka panjang.
PARU-PARU
Kandungan tar pada ganja hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari tar tembakau dalam rokok. Asap yang dihasilkan dari pembakaran ganja juga memiliki kandungan zat penyebab kanker. Akibatnya, risiko kanker paru-paru bisa semakin tinggi, terutama jika pemakaian ganja dalam waktu lama.
MENTAL
Penggunaan ganja yang berlebihan juga bisa mengganggu kesehatan mental. Misalnya, menyebabkan kambuhnya gejala psikosis pada mereka yang mengidap skizofrenia. Dampak lainnya adalah halusinasi, delusi, meningkatkan rasa cemas, dan serangan panik.
SISTEM IMUN
Ganja bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Tidak hanya itu, penelitian juga menunjukkan kaitan penggunaan ganja dengan meningkatknya risiko terkena penyakit yang melemahkan kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS.
PEREDARAN DARAH
Detak jantung akan meningkat beberapa saat setelah menghisap ganja. Efek ganja ini bisa berlangsung sampai tiga jam. Hal ini membahayakan bagi mereka yang mengidap penderita penyakit jantung dan menyebabkan risiko serangan jantung. Selain itu, ganja juga menyebabkan tekanan darah naik dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah melebar.
KEHAMILAN DAN MENYUSUI
Ganja selama kehamilan juga mempengaruhi perkembangan otak janin. Tidak hanya itu, ganja bisa memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan kecacatan dan gangguan pada janin, meningkatkan risiko bayi lahir prematur, serta leukimia. Pada ibu menyusui, zat kimia dalam mariyuana yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) masuk ke dalam ASI dan menghambat pertumbuhan bayi.
Source: halodoc